Banjir Jakarta 2020 Benarkah yang terparah?
Banjir tak hanya merendam pemukiman warga, tetapi juga jalan-jalan protokol Jakarta, sejumlah transportasi umum mulai dari Transjakarta, KRL, hingga penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma juga terpaksa dibatalkan akibat jalan yang dilalui transportasi umum tersebut terendam banjir.
Akibat banjir, tercatat 31.323 warga yang berasal dari 158 kelurahan, mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. Banjir juga menyebabkan pemadaman listrik oleh PLN. PLN Distribusi Jakarta Raya memadamkan listrik di 724 wilayah Jakarta yang mengalami banjir.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, banjir Jakarta dan sekitarnya disebabkan curah hujan ekstrem. Berdasarkan hasil pantauan BMKG di Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, tercatat mengalai curah hujan mencapai 377 milimeter.
Kemudian, dari hasil pengukuran di Taman Mini, Jakarta Timur tercatat memiliki curah hujan hingga 335 milimetter. Angka ini merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa Jakarta, dengan rekor sebelumnya ada pada tahun 2007 dengan catatan 340 milimeter per hari.
Banjir Jakarta dan sekitarnya juga menelan korban jiwa. Catatan Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), ada 43 orang meninggal hingga jumat (3/1/2020) ini.
Lalu benarkah banjir Jakarta pada awal tahun 2020 ini merupakan banjir terparah? Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo mengatakan, "Belum bisa dibilang terpara karena perlu evaluasi dulu," ujarnya.
Subejo mengatakan bahwa bajir Jakarta sejak kemarin terjadi karena tingginya curah hujan, curah hujan paling ekstrem terjadi di Halim. Banjir Jakarta juga disebabkan oleh kali yang meluap. "Juga terjadi luapan sungai yang di hulu, juga terjadi hujan dengan intensitas cukup lebat," ucap Subejo.
Komentar
Posting Komentar